Begitu banyak metode diet yang kita ketahui. Mana yang paling terbukti dapat merampingkan tubuh? Mari kita kupas bersama.
Jangan makan setelah pukul 20.00
Teorinya: Kecepatan tubuh untuk mengolah makanan lebih cepat pada siang hari ketimbang malam hari. Makan terlalu larut akan membuat kalori tinggal dalam tubuh dan disimpan menjadi lemak.
Faktanya: ”Tubuh kita mengolah makanan dan membakarnya menjadi kalori dengan intensitas yang sama sepanjang hari, mulai dari pagi, siang, sampai malam hari,” ucap Mary Flynn, PhD, ahli nutrisi yang bekerja di Miriam Hospital. Hanya saja pada malam hari gerak kita sedikit berkurang. ”Apalagi jika setelah makan malam, kita hanya duduk di sofa sambil menonton televisi.”
Jadi makanan cenderung berubah menjadi lemak. Tetapi, jika keesokan harinya kita melakukan olahraga, tumpukan lemak itu bisa ikut terbuang. Jadi, Flynn menambahkan, kita sebenarnya bisa saja makan malam dan lengkapi dengan berjalan di sekitar rumah selama 15-30 menit. Atau jika kita ingin mengemil pada malam hari, pilihlah camilan sehat seperti produk gandum, susu rendah lemak, dan segelas cokelat hangat tanpa gula.
Makan dengan porsi kecil dan dengan frekuensi yang sering akan memicu metabolisme tubuh
Teorinya: Porsi mini akan menjadi semacam katalisator yang mempercepat kerja tubuh dalam mengolah makanan. Jadi tubuh lebih mudah membakarnya menjadi energi.
Faktanya: Hal yang harus diperhatikan ketika menerapkan metode diet ini adalah pilihan makanan yang kita konsumsi. Ada beberapa makanan yang memang mempercepat metabolisme, tapi sebenarnya tak membantu banyak dalam menurunkan berat badan. Contohnya adalah makanan dan minuman yang mengandung kafein.
Selain memilih makanan yang tepat, lakukan juga olahraga. Karena olahraga adalah cara terefektif untuk mempercepat pembakaran kalori. Plus, olahraga akan memperkuat otot-otot sehingga tumpukan lemak yang dibakar dapat terbentuk menjadi otot yang lebih padat. Ini artinya, tak ada ruang bagi lemak baru untuk menumpuk di bagian tubuh kita.
Makanan berlabel diet akan sangat membantu program penurunan berat badan
Teorinya: Label low-fat dan low-carb pada produk makanan dibuat dengan formulasi khusus untuk membuat program penurunan berat badan kita bisa berjalan lebih praktis.
Faktanya: Tulisan low-fat atau low-carb pada makanan diet yang kita beli sebenarnya tidak otomatis menunjukkan bahwa makanan tersebut rendah kalori. Sebuah penelitian juga mengungkapkan, ketika membeli makanan dengan label tersebut, yang terjadi kita justru mengonsumsinya lebih banyak dari makanan sejenis tanpa label.
"Angkanya cukup besar, bisa sampai 50 persen lebih banyak. Konsumen berpikir berapa banyak pun yang mereka makan, kalorinya tetap mini karena rendah lemak serta rendah karbohidrat,” papar Brian Wansink, PhD, yang melakukan penelitian ini bersama Pierre Chandon, PhD. Penelitian ini telah dipublikasi pada Journal of Marketing Research pada November 2006 lalu.
Jadi agar kita tidak diperdaya oleh persepsi sendiri, pastikan untuk tetap memerhatikan label nutrisi yang ada pada kemasan makanan. Perhatikan berapa banyak kalori yang ada per sajian makanan. Lalu bandingkan dengan produk sejenis yang tanpa tulisan low-fat atau low-carb.
Makanan berlemak akan membuat kita menjadi gemuk
Teorinya: Dalam per gram lemak ada sebanyak 9 kalori, sedangkan pada karbohidrat dan protein hanya terdapat 4 kalori per gramnya. Jadi agar program berat badan kita sukses, hindari segala bentuk lemak.
Faktanya: Tidak semua lemak adalah musuh dari lingkar pinggang kita. Sebab, ada beberapa jenis lemak yang justru dapat mempercepat penurunan berat badan. Plus pada prinsipnya, tubuh kita butuh lemak untuk membantu penyerapan beberapa jenis vitamin.
Lemak baik itu adalah monounsaturated fat (MUFA) dan polyunsaturated fat (PUFA). Keduanya tak hanya membuat rasa makanan kita lebih gurih tapi juga menyimpan rasa kenyang lebih lama. Ini bisa ditemukan pada minyak kanola, minyak biji matahari, dan minyak zaitun. Selain itu, kacang-kacangan dan ikan juga kaya akan lemak baik. Sebenarnya lemak-lemak ini tak hanya membuat pinggang kita tetap ramping, tapi juga menyelamatkan kita dari risiko serangan jantung. Jadi jangan langsung bermusuhan dengan lemak saat melakukan program diet.
(Prevention Indonesia Online/Siagian Priska)
Sumber : Prevention Indonesia
0 comments:
Post a Comment